Remember the past and start the journey..!

Friday, 19-04-2024, 9.20.59
Welcome Guest

Registration
Login

Blog


Main » 2011 » June » 30 » Medan ku oh medan ku :( (selamat ultah buat medan)
9.44.28
Medan ku oh medan ku :( (selamat ultah buat medan)

Pada zaman dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa sungai melintasi Kota Medan ini dan semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badra, Sei Belawan dan Sei Sulang Saling/Sei Kera.


Pada saat mulanya yang membuka Perkampungan Medan adalah Guru Patimpus, lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejakg selalu merangkaikan Medan dengan Deli (Medan–Deli). Setelah zaman kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur lenyap sehingga akhirnya kurang popular.

dahulu kala orang menamakan Tanah Deli mulai dari Sungai Ular (Deli Serdang) sampai ke Sungai Wampu di Langkat sedangkan Kesultanan Deli yang berkuasa pada waktu itu wilayah kekuasaannya tidak mencakup daerah di antara kedua sungai tersebut.

Secara keseluruhan jenis tanah di wilayah Deli terdiri dari tanah liat, tanah pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah coklat dan tanah merah. Hal ini merupakan penelitian dari Van Hissink tahun 1900 yang dilanjutkan oleh penelitian Vriens tahun 1910 bahwa di samping jenis tanah seperti tadi ada lagi ditemui jenis tanah liat yang spesifik. Tanah liat inilah pada waktu penjajahan Belanda ditempat yang bernama Bakaran Batu (sekarang Medan Tenggara atau Menteng) orang membakar batu bata yang berkwalitas tinggi dan salah satu pabrik batu bata pada zaman itu adalah Deli Klei.

 

Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan di sana sini terutama dimuara-muara sungai diselingi pemukiman-pemukiman penduduk yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang-orang Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat menjadi primadona Tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan menjadi Kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera Utara.

Pada awal perkembangannya merupakan sebuah kampung kecil bernama "Medan Putri". Perkembangan Kampung "Medan Putri" tidak terlepas dari posisinya yang strategis karena terletak di pertemuan sungai Deli dan sungai Babura, tidak jauh dari jalan Putri Hijau sekarang. Kedua sungai tersebut pada zaman dahulu merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai, sehingga dengan demikian Kampung "Medan Putri" yang merupakan cikal bakal Kota Medan, cepat berkembang menjadi pelabuhan transit yang sangat penting. Medan Kota metropolitan

Semakin lama semakin banyak orang berdatangan ke kampung ini dan isteri Guru Patimpus yang mendirikan kampung Medan melahirkan anaknya yang pertama seorang laki-laki dan dinamai si Kolok. Mata pencarian orang di Kampung Medan yang mereka namai dengan si Sepuluh dua Kuta adalah bertani menanam lada. Tidak lama kemudian lahirlah anak kedua Guru Patimpus dan anak inipun laki-laki dinamai si Kecik.

Pada zamannya Guru Patimpus merupakan tergolong orang yang berfikiran maju. Hal ini terbukti dengan menyuruh anaknya berguru (menuntut ilmu) membaca Al-Qur'an kepada Datuk Kota Bangun dan kemudian memperdalam tentang agama Islam ke Aceh.

Keterangan yang menguatkan bahwa adanya Kampung Medan ini adalah keterangan H. Muhammad Said yang mengutip melalui buku Deli: In Woord en Beeld ditulis oleh N. ten Cate. Keterangan tersebut mengatakan bahwa dahulu kala Kampung Medan ini merupakan Benteng dan sisanya masih ada terdiri dari dinding dua lapis berbentuk bundaran yang terdapat dipertemuan antara dua sungai yakni Sungai Deli dan sungai Babura. Rumah Administrateur terletak di seberang sungai dari kampung Medan. Kalau kita lihat bahwa letak dari Kampung Medan ini adalah di Wisma Benteng sekarang dan rumah Administrateur tersebut adalah kantor PTP IX Tembakau Deli yang sekarang ini. Medan Kota metropolitan

*sumber wikipedia

Sebenarnya aku gak pengen bercerita tentang sejarah Kota Medan ini, tetapi jikalau kita membaca keterangan wikipedia diatas.

Baiknya kita mengulang sejarah dulu, dimana Kota Medan adalah Kota yang melalui sejarah yang panjang, tidak hanya dipandang dari sisi kesuksesannya, tetapi Medan juga kaya akan mineral tambang, serta Kota yang religius yang kuat.

Tapi ntah kenapa dewasa ini, berubah drastis.

Medan yang dulunya kaya akan tambangannya dan kuatnya religius, malah sekarang ini lebih banyak mall-mall, pusat perbelanjaan, serta spa atau pijet "plus-plus” yang belakangan ini sering kita lihat di Media-media sering terkena rajia L.

Belum lagi masalah Kota Medan yang hingga kini tidak pernah selesai, dan masalah ini juga menjadi sorotan berbagai Kota Metropolitan. Yaitu "BANJIR” tetapi banjir ini bukan banjir bandang yak :D.

Setiap hujan datang, paling keras itu 2 jamnya hujannya kan.. Tapi liat lah Medan ni Bung...

Banjirr  bah.., biasanya kata-kata ini kerap diucapkan Masyarakat Medan khususnya.

Tidak perlu mengungkit benang yang sudah kusut, tetapi saya dalam tulisan ini setidaknya mengajak masayarkat agar lebih peduli dengan lingkungannya. J

Ingat, bahwa dulunya Medan ini adalah Kota yang sangat religius, madani, dan kaya akan mineral dan rempahnya.

Untuk itu di Hari Ulang Tahun Medan kali ini, marilah kita berbenah diri "Sama-sama bekerja & Bekerja sama-sama” Untuk medan tercinta kali ini J, kembalikan sejarah yang sudah hampir terlupakan.

Jauhkan Medan dari "Hazabnya” semoga Allah Swt melindungi medan ini selalu, jauhkan selalu maksiat dan narkoba dari Medan ini. Jaga lingkungan kita dari segala ancaman.


Saya berharap artikel ini berguna bagi pembaca khususnya Masyarakat Kota Medan .

 

Tetep update di www.buditrb.web.id

Views: 1761 | Added by: buditrb | Tags: kota medan, Medan, Kota, Banjir | Rating: 0.0/0
Total comments: 0
Only registered users can add comments.
[ Registration | Login ]
Site menu
Where U go..??
BANNER
Calendar
«  June 2011  »
SuMoTuWeThFrSa
   1234
567891011
12131415161718
19202122232425
2627282930
Statistics

Total online: 1
Guests: 1
Users: 0